SANG PAHLAWAN
SANG PAHLAWAN
Ajie Sudharmaji Mukhsin
Nuniek
dan Hastien adalah dua gadis yang malang. Kedua orang itu hamil sebelum
perkawinan. Kejadian itu diketahui, setelah dua bulan mereka rekreasi dari
Dieng. Namun Nuniek lebih beruntung daripada Hastien, sebab Burhan bersedia
bertanggungjawab, bahkan sudah dikawininya secara resmi. Bagaimana keadaan
Hastien sekarang? Tonny tidak mau mengawini secara resmi. Padahal, jelas Tonny
dan Hastien sama-sama melakukannya.
Musibah
telah terjadi. Hastien memerlukan seorang pahlawan. Siapa pahlawan itu?
Silahkan mengikuti dialog-dialog berikut!
Nuniek : Bagaimana, Tien, Tonnymu?
Apa dia datang dari Jakarta?
Hastien : Datang sih sudah. Tapi dasar
lelaki, bosan aku berurusan dengan dia. Lagi orang tuanya, yang bawel itu,
malah menyalahkan saya.
Nuniek : Lho! Emangnya yang slaah siapa?
Hastien : Ya, jelas dia dong. Kalau aku
nggak dikasih itu kan nggak begini jadinya.
Nuniek : Kalau kamu nggak mau diajak itu, pasti
enggak begitu.
Hastien : Kau juga menyalahkan aku?
Nuniek : (tersenyum)
Hastien : Kau juga menyalahkan aku? (lebih keras dialognya, karena Hastien
sedikit marah kepada Nuniek. Dan Hastien sendiri merasa kurang yakin, apa yang
diucapkannya tadi)
Nuniek : Tonny memang begitu. Dia sulit
untuk dapat dipercaya. Dan kau tahu, apa yang menyebabkan dia berani menolakmu
dan menyalahkanmu?
Hastien : Tidak. (suara Hastien lemah)
Nuniek : Karena kekayaannya itulah! Dan
kau mengejar kekayaan itu bukan?
Hastien : Aku sama sekali tidak mengejar
kekayaannya.
Nuniek : Ketampanannya?
Hastien : (mengangguk)
Nuniek : Sama saja.
Hastien : Ya beda! Terus terang saja, Niek,
kau membela Tonny!
Nuniek : Jangan putus asa. Saya dan Mas
Burhan sedang mengusahakan.
Hastien :
Pertemuanku dengan Tonny?
Nuniek :
Ya!
Hastien :
Dan kemudian akan menjatuhkan namaku, seperti ketika di Dieng itu?
Nuniek : Jelas beda dong! Aku juga
mengakui kejadian itu. Aku juga merasa bersalah. Hingga kini aku bisa hidup
sebagai suami-istri.
Hastien :
Tapi aku? Apakah aku hanya hidup dalam ketidaktentuan belaka?
Nuniek :
Aku dan Mas Burhan sedang mengambil jalan tengah.
Hastien : Di mana Mas Burhan sekarang? (Nuniek belum sempat menjawab, Burhan telah
masuk bersama Eddy, mereka saling bersalaman)
Burhan : Sukses! Eh, hendaknya, Ed,
ditulis dengan huruf besar: SUKSES!
(Nuniek dan Hastien tak mengerti, Eddi sedikit senyum)
Nuniek :
Apa sih mas?
Hastien :
Apa?
(Burhan masih tertawa lebar, hastien dan Nuniek masih saling
berpandangan tak mengerti)
Burhan : Kalian pasti tak mengerti. (Sambil menunjuk Nuniek dan Hastien) Kali
ini kita sama-sama mengaharapkan perjuangan dari pahlawan kita. Semoga ia
berhasil dalam peranannya. Apakah kalian sudah mengerti siapa pahlawan kita
itu? (Nuniek dan Hastien hampir bersamaan
menggelengkan kepala)
Burhan : Baik, inilah orangnya. (sambil menunjuk Eddy)
Hastien dan
Nuniek : Eddy?
Burhan : Tepat! Oke, Ed, gantian engkau
yang bicara!
Eddy : Bicara apa, Bur?
Burhan : Terserahlah asal bicara. Asal ada
kaitannya dengan apa yang telah kita bicarakan tadi.
Eddy : Soal Tonny?
Burhan : Apalagi kalau bukan.
Eddy : Baik, terima kasih! Nuniek dan
Hastien kan sudah lama kenal denganku?
Hastien : Ya, siapa yang tidak kenal Eddy. Di
sekolah kita itu, semua kenal. Karena kenakalanmu, sampai engkau dikeluarkan
oleh kepala sekolah. Aku masih ingat, setiap pagi harus pajak uang padamu Rp
50,00.
Eddy : (Tertawa) Itu kan dulu, sekatang lain lho, Tien!
Hastien : Sekarang lima ribu?
Eddy : Bukan begitu! Aku sekarang
sadar. Tak mau lagi aku berkelahi, kalau tidak terpaksa sekali.
Burhan : Sudah! Sekarang kita bicara
sekarang, bukan yang dahulu. Oke? (Hastien
memandang tajam pada Eddy)
Nuniek :
Sekarang kita mau bicara apa sih?
Burhan :
Membicarakan keadaan Hastien.
Hastien :
Membicarakan aku?
Burhan : Aku tahu keadaanmu, Hastien. Aku
sebenarnya menyesalkan tindakan Tonny yang tidak bertanggungjawab itu.
Hastien : Aku akan dikawinkan dengan
Eddy....
Eddy : Tidak! Aku tidak berani. (hening sejenak. Mereka saling
berpandangan.)
Burhan : Ayo, kita mulai bicara lagi. Tapi
ingat jangan tegang-tegangan.
Eddy : Begini, Hastien aku akan
menolongmu. Aku pernah berhutang budi padamu. Aku merasa berdosa saat itu,
meminta uang dengan paksa sampai beberapa bulan. (Eddy diam sejenak) Pagi tadi Burhan bercerita kepadaku tentang
keadaanmu. Sebenarnya aku menyesalkan tindakan Tonny itu. Kenapa dia melakukan
tindakan begitu kepadamu. Kupikir terlalu nekad. Neh, kuharap kau mengerti, Hastien.
Hastien : Kau akan menolongku?
Eddy : Ya!
Hastien : Dengan cara bagaimana, kau akan
menolongku?
Eddy : Menyeret Tonny kehadapan
Hastien.
Hastien : Hah! (agak terkejut)
Eddy : Tonny harus bersumpah di
hadapan Hastien bahwa dia bersedia mengawini Hastien dengan segera!
Hastien : Bisakah begitu?
Eddy : Inilah Eddy ynag dulu nakal
dan bejad akan memulai dengan kebaikan.
Hastien : Eddy...(menubruk Eddy sambil menangis)
Nuniek : Sudahlah, Tien. Kita tunggu saja.
Kapan Ed kau akan mencarinya?
Eddy : Sekarang dia ada di rumahku!
Oke, sebentar aku menjemput dia. (Eddy
pergi keluar meninggalkan meninggalkan mereka)
Nuniek : Mas Burhan, dapatkah kau percaya
ucapan Eddy tadi?
Burhan : Aku percaya sekarang! Dulu ketika
kita sama-sama satu kelas banyak yang curiga kepadanya. Padahal ya betul-betul
dia itu terdesak.
Hastien : Terdesak? Terdesak apanya?
Burhan : Dia itu, orang tuanya miskin.
Hastien : Sekarang kok bisa kaya? Pakai
mobil, pakaian necis.
Burhan : Dulu dia bekerja sebagai penjaga
di sebuah toko. Ketika toko itu kena rampok, dialah yang menyelamatkannya.
Nuniek : Eddy?
Hastien : Hingga tidak terjadi lagi
perampokan?
Burhan : Iya. Dialah yang menyelamatkan. Hingga
akhirnya pemilik toko mengambil Eddy sebagai menantu.
Hastien : Jadi dia sudah kawin?
Burhan : Malah dia sudah punya anak.
Hastien : Aku akan meminta maaf kepadanya
nanti...(Ucapannya itu tidak jadi
dilanjutakn karena pintu tiba-tiba telah membuka)
Eddy : Ton, kau jangan mencoba lari
dari kenyataan ini.
Tonny : Aku tidak diperkenankan oleh
orang tuaku!
Eddy : Itu bukan alasan yang kuat
untuk menolak! Di Catatan Sipil juga bisa.
Tonny : Kalau aku melepas orang tuaku, aku
kan belum bekerja.
Eddy : Lihat Burhan, apa dia sudah
bekerja? Toh dia juga mengawini Nuniek. (Pelan-pelan
Tonny memandangi Hastien. Pertama yang dilihat adalah perutnya yang tampak
sedikit besar. Lalu dengan pelan-pelan pula Tonny melangkah ke arah Hastien,
kemudian berjabat tangan)
Tonny : Hastien, aku berjanji dalam
waktu dekat ini, akan mengajakmu ke Catatan Sipil.
Hastien : Terima kasih.
Eddy : Ton, kalau cuma janji kosong
yang kau berikan kepada Hastien, jangan harap kau bisa hidup tenang! (Tonny tak berani memandang Eddy yang
memuncak kemarahannya)
Burhan : Terima kasih atas usahamu Ed.
Eddy : (mengangguk) Sama-sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar